Kamis, 16 Desember 2010

carane ngajari arek cilik gambar


VARIASI SENI RUPA DALAM PEMBELAJARAN
ANAK USIA DINI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengajaran seni rupa dewasa ini sudah menjadi bagian dari program
pendidikan umum di sekolah-sekolah. Dasar landasan dan sasaran pengajaran
melalui kegiatan seni rupa adalah membantu siswa untuk dapat mengungkapkan
gagasan, sikap, perasaan, nilai dan imajinasi yang melibatkan pertumbuhan
pribadinya. Selain itu dalam perkembangan siswa dapat memperoleh
pemahaman mengenai warisan budaya dan peranan seniman serta perajin pada
anak usia dini. Anak-anak kecil belajar dengan menciptakan kembali
pengalaman mereka sendiri. Seni seperti lakon, menolong anak-anak untuk
memahami dunia mereka.
Seni rupa dapat membuat mereka mampu mengekspresikan pengalamanpengalaman
individu bahkan ketika mereka tidak mampu mengungkapkan
berbagai peristiwa lewat kata-kata. Anak-anak suka melakukan kontak fisik
langsung dengan alam mereka. Materi pembelajaran mereka muncul dari
pengalaman-pengalaman mereka sendiri, masalah pribadi mereka dan imajinasiimajinasi
mereka yang kaya. Untuk menyampaikan suatu gagasan, mereka
menggambarkannya, melukiskannya, atau membuat model tanah liat.
Bahan-bahan seni rupa yang fleksibel menawarkan kesempatan yang tidak
terbatas pada anak-anak untuk mengekspresikan dirinya. Mereka bebas untuk
memilih, melakukannya dengan cara sendiri, untuk mengembangkan pilihanpilihan
mereka.
2
Karena bentuk ekspresi mereka yang unik dan telah disyahkan dan
dihargai. Anak-anak mulai merasa percaya terhadap diri sendiri. Mereka belajar
menghargai karya mereka sendiri dan karya orang lain. Seni rupa sangat penting
bagi perkembangan anak-anak yang lebih imajinatif dan respontif.
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa pembelajaran seni rupa perlu dilatih dan dikembangkan ?
2. Bagaimana perkembangan seni rupa bagi anak usia dini ?
3. Bagaimana peranan seni rupa bagi anak usia dini, guru dan sekolah ?
4. Upaya-upaya apa saja untuk meningkatkan pembelajaran seni rupa pada
anak usia dini ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perkembangan seni rupa pada anak usia dini.
2. Memberikan pengalaman dalam bidang kesenian sebagai bekal mengajar.
3. Memberikan petunjuk untuk mengukur keberhasilan dari segala usaha dalam
proses belajar mengajar seni rupa.
4. Untuk mempersiapkan anak sendiri mungkin dalam pembelajran seni rupa.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Manfaat dari penulisan ini secara umum untuk melanjutkan dan
mengembangkan kesanggupan berkarya maupun pengetahuan seni rupa yang
telah dimiliki anak sebelum memasuki sekolah.
3
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Akan menambah wawasan serta informasi yang berguna bagi media
pendidikan dan proses belajar mengajar yang dilaksanakan.
b. Bagi Guru TK
Mengetahui perkembangan seni rupa pada anak didiknya sehingga guru
mampu mengetahui dan mengatasi kesulitan. Kesulitan dalam
perkembangan anak didiknya dan bisa dengan mudah membimbing,
serta membina minat anak.
c. Bagi Orang Tua
Mempermudah dalam membesarkan dan mendidik anaknya sesuai
dengan masa perkembangan anak dan dapat memberikan bantuan berupa
alternative pemecahan masalah tentang bagaimana cara mengajarkan
seni rupa yang baik.
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIK
A. Pengertian Variasi Seni Rupa
Menurut para ahli seni rupa merupakan realisasi imajinasi yang tanpa batas.
Dan tidak ada batasan dalam berkarya seni. Sehingga dalam berkarya seni tidak
akan kehabisan ide dan imajinasi. Dalam seni rupa murni, karya yang tercipta
merupakan bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Sehingga obyek yang dibuat
merupakan hasil dari satu atau lebih dari media yang ada (sebagai catatan bahwa
media atau bahan seni di dunia juga tidak terbatas).
Dalam berkarya seni, tidak pernah ada kata salah dan juga tidak ada ang
mengatakan salah pada karya yang telah diciptakan. Namun demikian, di dalam
proses berkarya seni, karena dalam hal ini adalah proses belajar, maka harus
dilakukan dengan cara yang benar, sesuai dengan tujuan dari pembelajaran.
Untuk anak usia dini (0 – 8 tahun), ketika belajar tentang seni rupa tidak
hanya bertujuan untuk berproses berkarya seni saja, karena selain itu juga
diharapkan dapat memberikan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional
serta kemandirian pada anak. Jadi dengan bimbingan yang tepat, seorang anak
akan dapat melatih potensi-potensi yang bermanfaat.
Menurut para ahli, seni rupa atau seni yang tampak adalah salah satu bentuk
kesenian visual atau tampak ada yang tidak hanya bisa diserap oleh indera
penglihatan, tetapi juga bisa oleh indera peraba, maksudnya adalah teksturnya
dapat dirasakan, misalnya kasar, halus, lunak, keras, lembut, dsb. Namun tidak
menutup kemungkinan tekstur ini adalah teksur maya (ada namun tidak nyata)
5
atau tekstur ini seolah-olah ada yang dikarenakan mata kita dikelabuhi oleh
sesuatu yang tampak, misalnya sebuah foto kayu : disitu seolah-olah kita melihat
adanya tekstur namun kenyataannya tekstur itu tidak ada jika kita merabanya.
Seni rupa atau seni yang mempunyai penampakan rupa (oke sebelumnya
saya memberi penawaran kata seni rupa kita ganti dengan seni tampak saja
supaya tidak rancu dengan pengertian yang telah saya berikan di atas (Sawira;
2006, copyright 2006.www.google.com).
B. Pengelolaan Seni Rupa Dalam Segi Pembelajaran Pada Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini memerlukan pengelolaan, sesuai karakteristik dan
situasi sosial yang kondusif untuk keberhasilan belajar anak usia dini. Sifat
pembelajarannya yang kooperatif dengan sebagian kelompok kecil maupun
besar, bertangung jawab, belajar menunggu giliran, bekerja tanpa mengganggu
teman, membereskan alat, mengambil keputusan, memilih kegiatan, dan
kesemuanya terjadi tanpa tekanan melainkan berjalan alamiah.
Anak belajar mematuhi aturan yang dibuat bersama dalam kelas, dating tepat
waktu, cara mendapat perhatian dari guru, cara guru meminta perhatian dari
anak. Anak dapat mengatur management atau pengelolaan kelas berarti dapat
mengatur bahan dan kelompok kegiatan. Ada yang bekerja di meja, di lantai,
dengan beragam instruksi untuk banyak kelompok, mengikuti kemajuan setiap
anak, fleksibel, bisa juga statis atau dinamis, menjadi non produktif atau sangat
produktif. Hal ini juga mempertimbangkan tumbuh kembang EQ mereka
(Berliner; 1978, copyright 2006.www.google.com)
Guru yang mengelola kelas yang efektif juga akan membuat anak berhasil.
Dari yang tersebut di atas akan diketahui bahwa memang program TK terdiri atas
6
pembiasaan dan perkembangan dasar. Jadi pelaksanaan perencanaan juga
berorientasi kea rah dua tujuan itu, dengan mengamati perkembangan individu
anak. Di dalam kelas ada kelompok-kelompok sesuai kemampuan. Kemampuan
anak tidak sama. Untuk itu guru perlu mengetahui perkembangan anak agar
dapat memberikan kegiatan sesuai kebutuhan anak yaitu perkembangan emosi
dan sosial, motorik kasar dan halus, pengamatan dan ingatan, penglihatan dan
pendengaran serta mengekspresikan dan menerima bahasa.
Dalam setiap macam perkembangan tersebut, anak kadang-kadang sagat
cepat, sedang-sedang saja atau lamban daya tangkap atau peningkatannya. Bagi
yang sudah mahir, dipersiapkan bentuk yang dapat mereka jiplak, gunting,
temepl dan warnai. Tugas itu diharapkan mampu ia selesaikan. Bagi yang
sedang-sedang tugas, hampir sama degan yang sudah mahir, dengan bentuk yang
sudah tersedia atau boleh ia pilih sendiri yang sama. Bagi yang kurang
dipersiapkan kertas yang hanya diberi garis lurus yang perlu ia gunting. Pujian
juga sama diberikan kepada mereka. Di sinilah pengertian yang harus
ditunjukkan agar anak merasa berhasil dalam tingkat kemampuannya (Fisher;
1991, copyright 2006.www.google.com).
Pengelolaan waktu yang mereka butuhkan akan sangat bervariasi. Tidak ada
jenjang pendidikan yang sangat kompleks seperti pendidikan anak usia dini.
Semuanya dilakukan dengan santai tanpa menekan. Lama anak di TK bervariasi
antara dua setengah sampai tiga setengah jam di sekolah. Enam hari seminggu
atau melihat situasi dan tempatnya. Untuk kelompok bermain dapat diadakan
tiga hari dalam seminggu. Jadwal di TK seperti pembukaan, inti, dan penutup,
dapat saja untuk TK A dan B berlainan. Karena masa transisi anak TK A dan B
7
berlainan. Bila anak di TK A dipaksakan untuk sudah mampu mengikuti
program yang sama dengan kelas TK B, maka anak akan sangat tertekan dan
tidak menyukai sekolah. Untuk itu maka dibutuhkan keluwesan penjadwalan,
misalnya dengan ditukarnya inti dan pembukaan dengan maksud supaya anakanak
lebih bebas memilih kegiatan yang diminati dan mengendalikan emosi pada
masa penyesuaian diri dengan sekolah akan lebih terbantu. Dari waktu ke waktu
selama anak melaksanakan kegiatan, pasti ada saat-saat guru minta perhatian
anak. Untuk itu dapat digunakan tanda guru yang tidak terlalu keras, tetapi cukup
memberi tanda minta perhatian.
Pengelolaan materi tediri dari berbagai macam alat permainan edukatif :
pasir, air, bangunan berbagai karya seni dan materi kreatifitas lainnya. Materi ini
dikembangkan guru sesuai kebutuhan anak. Diharapkan interaksi antara guru –
materi – anak semaksimal mungkin. Keluwesan ini membuat setiap anak merasa
berhasil dan permasalahan dapat diatasi (Berliner; 1978, copyright 2006.www.
google.com).
C. Variasi Seni Rupa yang Memperkaya Media Pendidikan
Permainan untuk anak usia dini sangat banyak variasinya. Dari yang
sederhana sampai yang sulit atau benar-benar meningkatkan daya pikir anak.
Kegiatan untuk anak usia dini tidak terlalu terpojokan dengan penuh masalah dan
kerumitan. Pedoman utama ialah sebanyak mungkin semua dikerjakan anak,
diciptakan anak tanpa terlalu banyak campur tangan. Beri kesempatan yang
cukup. Interaksi guru yang berarti, komentar tidak basa-basi. Beri pujian yang
keluar dari hati sanubari dan bersungguh-sungguh.
8
Macam-macam permainan misalnya :
􀂾 Permainan manipulatif yaitu memainkan alat-alat yang akan memberi
kesempatan mengajarkan konsep dari warna, bentuk, ukuran jumlah,
bilangan, sampai membandingkan, menyamakan, dll.
􀂾 Permainan imajinasi dini dimunculkan guru dengan mempersiapkan situasi
professional dengan berbagai atribut yang dimiliki profesi tersebut.
Media pendidikan harus disesuaikan keberadaannya dengan bidang kajian
apa yang sedang dilakukan di sekolah. Hanya saja tingkat kesulitannya
disesuaikan dengan usia anak TK dan disederhanakan. Semua topik-topik yang
mengenai seni rupa selalu membutuhkan media. Contohnya : gambarmenggambar(
Anggani Sudono; 1996, copyright 2006.www.google.com).
Di dalam pembelajaran seni rupa pada anak usia dini selalu dapat
mengembangkan kreatifitas pada anak itu sendiri. Mereka selalu mengembangkan
imajinasi atau khayalan-khayalan. Itu akan melatih otak dan motoroik
mereka. Anak yang kreatif adalah anak yang cerdas dalam segala hal. Jalan
pikiran mereka berbeda dengan pemikiran anak yang lain. Kreatifitas tidak hanya
tergantung dari timbulnya inspirasi, tetapi menuntut ketekunan, keuletan, waktu
dan kerja keras. Dengan kegiatan senirupa dapat memberi kesempatan untuk
bersibuk diri secara kreatif (Torrance, 1979.)
9
BAB III
METODE DAN SISTEMATIKA PENULISAN
A. Metode Penulisan
1. Spesifikasi Penulisan
Penulisan ini bersifat deskriptif yaitu untuk menggambarkan keadaan
sesuatu. Dalam penulisan ini akan dideskripsikan bagaimana cara mengajarkan
seni rupa dalam pembelajaran khususnya pada anak usia dini.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah studi pustaka. Studi
pustaka merupakan metode pengumpulan data yang bersumber pada bahasa
pustaka, buku, brosur, dokumen dan lain-lain. Studi kepustakaan dalam
penelitian ini digunakan untuk membahas masalah bagaimana cara
mengajarkan variasi seni rupa dalam pembelajaran anak usia dini. Bahan
pustaka tersebut berupa buku-buku referensi yang hanya bisa disalin
perpustakaan, buku-buku ilmiah dan lain-lain.
B. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini yaitu :
Bab I : Pendahuluan : berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,
Tujuan penulisan dan manfaat penulisan.
Bab II : Tinjauan pustaka berisi teori-teori
Bab III : Metode dan sistematika penulisan
Bab IV : Pembahasan masalah
Bab V : Kesimpulan dan saran
10
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Perlunya Pembelajaran Seni Rupa Pada Anak Usia Dini
Menurut para ahli mengatakan bahwa kualitas emosional yang tampaknya
penting, penting bagi keberhasilan kualitas ini adalah kemampuan mengenali
perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul, dan ia mampu
mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas
perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusankeputusan
secara mantap. Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan
sesorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri, sehingga tidak meledak dan
akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara wajar. (Sternberg, Saloveri;
1997, copyright 2006.www.google.com).
Menurut Evelyn Pitcer (1982) mengatakan kemampuan membina hubungan
bersosialisasi sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang lain.
Dengan seni rupa akan membantu anak-anak untuk mengerti orang lain dan
memberikan kesempatan dalam pergaulan sosial dan perkembangan terhadap
emosional mereka. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung mempunyai
banyak teman, pandai bergaul. Melalui belajar kelompok dituntut untuk
bekerjasama, mengerti orang lain. Anak merupakan pribadi sosial yang
memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan
dirinya.
Menurut Daniel Goleman (1995) mengatakan bahwa idealnya seseorang
dapat menguasai ketrampilan kognitif sekaligus ketrampilan sosial emosional.
11
Melalui bukunya yang terkenal “Emotional Intelligences (EQ)”, memberikan
gambaran spektrum kecerdasan, dengan demikian anak akan cakap dalam bidang
masing-masing namun juga menjadi amat ahli. Perkembangan Kognitif tidak
dating dengan sendirinya. Untuk mendorong pertumbuhan, kurikulum yang
disusun berdasarkan atas taraf perkembangan anak. Serta harus dapat
memberikan pengalaman pendidikan yang spesifik yaitu melalui pendidikan seni
rupa di sekolah.
Dari berbagai kegiatan berkarya seni, penulis mengambil beberapa kegiatan
yang biasa dilakukan anak pada saat pembelajaran, yaitu :
1. Menggambar
Kegiatan coret mencoret adalah bagian dari perkembangan motorik anak
dan anak sangat menyenangi kegiatan ini, sehingga dengan dorongan guru
dan kesempatan yang diberikan anak akan termotivasi membuat gambar.
Kegiatan. Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia
mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaanya. Dengan kata
lain, gambar merupakan salah satu cara manusia mengekspersikan pikiranpikiran
atau perasaan-perasaannya. Dengan kata lain, gambar merupakan
salah satu bentuk bahasa.
Ada 3 tahap perkembangan anak yang dapat dilihat berdasarkan hasil
gambar dan cara anak menggambar :
􀂾 Pertama, tahap mencoret sembarangan. Tahap ini biasanya terjadi pada
usia 2-3 tahun. Pada tahap ini anak belum bisa mengendalikan aktivitas
motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih berupa goresan-goresan
tidak menentu seperti benang kusut.
12
􀂾 Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah tahap mencoret terkendali.
Pada tahap ini anak mulai menyadari adanya hubungan antara gerakan
tangan dengan hasil goresannya. Maka berubahlah goresan menjadi garis
panjang, kemudian lingkaran-lingkaran.
􀂾 Tahap ketiga, pada anak usia 3 ½ - 4 tahun, pergelangan tangan anak
sudah lebih luwes. Mereka sudah mahir menguasai gerakan tangan
sehingga hasil goresannyapun sudah lebih
Tahap menanamkan coretan merupakan awal yang penting bagi
perkembangan berpikir abstrak pada anak. Pada usia 5-6 tahun, seiring
dengan perkembangan kemampuan motorik dan konsep-konsep yang
dimiliki, gambar anakpun sudah menunjukkan kemiripan dengan obyek yang
digambar. Hal ini disebabkan oleh pengalaman hidup mereka yang sudah
lebih kaya.
Media yang digunakan untuk menggambar yaitu kapur, arang, pensil,
tinta pensil warna, karyon, dll.
Tujuan menggambar bagi anak :
􀂾 Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri
􀂾 Mengembangkan daya kreativitas
􀂾 Mengembangkan kemampuan berbahasa
􀂾 Mengembangkan citra diri anak
Dengan menggambar anak-anak juga dapat bersosialisasi dengan
temannya. Mereka dapat berdiskusi tentang gambar yang mereka buat.
Dengan itu dapat melatih sosial pada anak.
13
2. Finger Painting (Lukisan Jari)
Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari salah satu kegiatan di
area seni yaitu kegiatan melukis dengan jari tangan atau bisa dikenal dengan
nama finger painting.
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
􀂾 Dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan gerak otot-otot
kecil dan kematangan syaraf.
􀂾 Mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru). Dari warna-warna
yang terang kita dapat mengetahui kondisi emosi anak, kegembiraan dan
kondisi-kondisi emosi mereka.
􀂾 Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga menjadi
warna yang sekunder dan tersier.
􀂾 Mengendalkan estetika keindahan warna.
􀂾 Melatih imajinasi dan kreatifitas anak.
Ada beberapa metode atau cara dalam kegiatan finger painting :
􀂾 Menggunakan teknik basah (kertas dibasahi dulu)
􀂾 Menggunakan teknik kering (kertas tidak perlu dibasahi)
Pada prinsipnya proses finger painting adalah bebas, yang terpenting
adalah bahwa lukisan tersebut dibuat dengan menggunakan jari-jari tangan.
Jadi sebenarnya karya ini juga bebas, beraliran abstrak, realistis, naturalis,
dan sebagainya. Tetapi saat ini yang biasa dikenalkan dan popular di TK
adalah bentuk abstrak.
14
3. Melukis
Salah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan hanya kesenangan
tetapi juga mendapatkan berbagai banyak pengalaman dengan anak-anak
selagi mereka belajar melukis. Pelajaran melukis dapat diawali oleh anak
yang berusia 4-6 tahun atau usia TK. Media yang digunakan untuk melukis
pada anak usia dini biasanya cat air, cat minyak, finger painting, dan lainlain.
Dalam pembelajaran melukis anak-anak biasanya belajar sambil
bercakap-cakap dengan temannya. Percakapan pertama mereka kebanyakan
adalah tentang warna-warna yang mereka peroleh. Sambil bereksperimen
dengan mencampurkan warna-warna, anak-anak itu bermain, bermain
elemen seni ini dengan cara yang santai. Hal ini menjaga agar kuas dan
semangat mereka tetap bekerja. Ini akan membuat mereka mengekspresikan
sesuatu yang bersifat pribadi dalam lukisan.
Berbeda dengan anak usia 7 dan 8 tahun, cirikhas kelompok umur
mereka adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan hidup mereka sendiri. Anak-anak membuat lukisan tentang
suasana hati, baik yang muram, sendu atau bersemangat dan lucu. Biasanya
suasana hati mereka disampaikan oleh warna. Mereka belajar bagaimana
warna pelengkap dan sejalan dapat membantu mengungkapkan ide-ide.
4. Kolase
Kolase dalam pengertian yang paling sederhana adalah penyusunan
berbagai macam bahan pada sehelai kertas yang diatur. Anak-anak di kelas
15
biasanya memilih dan mengatur potongan bentuk dari kertas, kain, bahanbahan
berstektur, lalu meletakkannya di tempat yang mereka suka. Sebagai
bagian dari pengalaman mereka dapat membuat keputusan sendiri tentang
penggunaan warna, ukuran dan bentuk.
Ada beberapa macam kolase yaitu:
- Kolase dengan kertas dan kain
- Kolase dengan tekstur
Tekstur kolase banyak ragamnya dari yang halus sampai yang kasar.
Dari kulit kayu, kardus, renda, dll. Karena tekstur adalah tentang permukaan,
maka mereka dapat merasakan kelembutan atau kekasaran kain dan bahanbahan
lainnya.
Bagi anak usia 5-6 tahun biasanya belum dapat menggunakan gunting
dengan baik. Untuk memotong kain kita sebagai guru dapat memotong
terlebih dahulu agar anak-anak tidak mengalami kesulitan. Berbeda pada
anak usia 7-8 tahun, mereka tahu dan sudah bisa bagaimana cara
menggunakan gunting dengan baik. Hal itu dapat melatih motorik halus dan
emosional pada nak usia dini. Sehingga mereka dapat mengatur emosional
dan kesabaran mereka.
5. Mencetak
Mencetak dapat dilakukan anak diberbagai usia, dimulai dari anak
berusia 5 tahun. Kadang-kadang seorang anak kecil akan menemukan idenya
sendiri. Entah bagaimana dengan cara apa seorang anak berusia 5 tahun
dalam pembelajaran mencetak anak menemukan bahwa menepukkan spons
16
yang sudah diberi warna di atas menghasilkan rangkaian pola yang berulangulang
(perihal mencetak, merupakan suatu kemungkinan yang menakjubkan
untuk mengulanginya).
Mencetak yang formal membuthkan pelat atau stempel. Stempel tersebut
memuat gambar-gambar yang diukir atau ditimbulkan, yang diberi tinta dan
kemudian dipindahkan ke kertas. Stempel cetak yang paling sederhana
terbuat dari Styrofoam. Selain murah juga tidak berbahaya bagi anak didik
kita.
Untuk anak-anak usia 5 tahun dan 6 tahun, penting khususnya untuk
menyuruh mereka mencetak dihari yang sama. Dengan cara ini mereka
sungguh-sungguh memahami prosesnya. Semua anak menikmati mengeksplorasi
efek-efek yang dihasilkan tekstur ini ketika pelatnya dicetak.
6. Menjiplak
Sebelum membuat cetakan apapun, anak-anak dapat menggunakannya
untuk menjiplak. Mereka cukup menempatkan sehelai kertas putih diatas
permukaan pelat dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan
dengan keras untuk mendapatkan gambarannya. Anak-anak merasa teknik
menjiplak cukup mengagumkan dan menggunakannya dengan banyak cara.
Koin-koin biasanya adalah favorit mereka. Koin adalah bahan yang
sederhana dan mudah sekali didapat.
Mereka dapat dengan mudah membuat banyak jiplakan yang berbeda
dari obyek-obyek yang ditemukan di sekolah. Ini merupakan cara yang
bagus untuk membuat anak-anak peka pada dunia sekitar mereka.
17
7. Membentuk
Arti kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai mengubah,
membangun dan mewujudkan. Membentuk dalam kaitan kegiatan seni rupa
adalah terjemahan dari kata dalam bahasa Belanda “boetseren” atau bahasa
Inggris “modeling”. Umumnya bahan yang dipergunakan untuk kegiatan
membentuk adalah bahan-bahan lunak seperti tanah liat, plastisin, malam
lilin, playdog dan sejenisnya. Tetapi dalam pengembangannya, selama tidak
mengingkari maksud dari arti kata membentuk tadi, dapat dipergunakan
bahan-bahan lain seperti kertas, karton atau bahan-bahan lembaran yang
sekiranya dapat dibentuk.
Bahan yang tidak pernah cukup bagi mereka adalah tanah liat.
Mereka tidak bosan dengan bahan yang lengket, basah dan bisa dibentuk
sesuai keinginan mereka. Anak-anak akan menghabiskan hari mereka
dengan tanah liat. Mereka suka menyentuh tanah liat, untuk merasakan
sensualitasnya.
Tanah liat yang digunakan adalah jenis yang tidak mahal, yang berwarna
abu-abu sebelum dibakar, tapi berubah menjadi keputih-putihan setelah
dibakar. Karena mempertimbangkan betapa tidak mahal dan sangat
memuaskannya tanah liat itu. Kita sebagai guru membiarkan anak-anak
mengambil sebanyak yang mereka mau. Mereka mengetahui apa itu tanah
liat segera setelah mereka memegangnya, meremasnya, memukul-mukulnya,
meninjunya, menpuknya, memisah-misahkannya, membukanya.
Kita memandang seni sebagai proses eksploritas dimana bahan itu
sebagian besar mengajar anak-anak. Setelah anak diberi tanah liat satu-satu
18
tiba-tiba kelas menjadi sangat tenang. Mereka sangat asyik dengan bahanitu
dan mengajarkan bahwa tangan adalah alat yang paling baik dan ekspresif.
Anak-anak kecil hanya dengan menggunakan mereka dapat membuat bendabenda
yang hebat.
Anak-anak sering memandang seni sebagai waktu untuk menjadi
kegiatan sosial. Bekerja dengan tanah liat khususnya adalah pengalaman
yang bersifat sangat sosial. Tanah liat selain dapat dilihat juga dapat
disentuh, entah bagaimana membutuhkan sedikit perhatian langsung. Tanah
liat membebaskan anak-anak, memberi mereka lebih banyak kebebasan
untuk berbincang-bincang tentang masalah-masalah itu. Sementara masih
memberikan perhatian pada pekerjaan mereka. Anak-anak yang lebih kecil
melakukan banyak permainan naratif dengan tanah liat mereka sebanyak
yang mereka lakukan ketika bermain dengan balok-balok. Jadi biarkan saja
itu terjadi. Anda harus membiarkan mereka terlibat dalam permainan naratif
sosial bersama.
Ketika anak-anak berusia 6 atau 7 tahun, mereka mulai bekerja dengan
lebih figuratif. Mereka mulai membuat model hewan dan orang. Seiring
dengan waktu, anak-anak itu belajar tentang tanah liat. Mereka tahu mana
yang akan berhasil dan mana yang tidak. Mereka belajar untuk mempercayai
bahan ini. Itu tidak hanya memungkinkan anak bekerja dengan 3 dimensi
tapi dapat menjadi satu faktor dalam perkembangan mereka.
19
B. Perkembangan Seni Rupa Pada Anak Usia Dini
Dalam perkembangan seni mereka anak-anak melalui berbagai tahapan.
Mulai dari karya bertekstur awal yang meliputi gerakan-gerakan lebar yang
menyapu sampai desain yang sederhana. Mereka beralih dari satu aktifitas alat
motor dasar ke rancangan dan kemudian ke penggambaran. Sebagai guru
diharapkan tidak menetapkan standar apapun mengenai karya figuratif dan non
figuratif. Karena hal ini akan menaruh tekanan yang terlalu banyak pada si anak
serta menghambat perkembangan aktual mereka.
Untuk anak usia 5-6 tahun, pembelajaran dimulai dengan memberikan
mereka akses terhadap bahan-bahan dan berbicara tentang bahan-bahan itu
sendiri. Dengan cat misalnya, mereka mulai mencampur warna. Anak-anak ini
cenderung menjadi pra figuratif dan figuratif. Anak-anak berusia 5 dan 6 tahun,
desain-desain mereka menjadi lebih kompleks; secara intuitif seimbang, kaya
garis, pola dan warna. Desain-desain itu menyingkap perkembangan
perbendaharaan kata anak-anak itu untuk membuat citra-citra simbolis yang akan
menggambarkan dunia mereka.
Pada sekitar umur 6 tahun berbagai macam khayalan mulai muncul. Anakanak
itu secara alamiah mulai beralih ke seniman-seniman figuratif. Seorang
anak mungkin melihat sesuatu di kertas dan berkata, “Oh, itu sebuah …”
Mereka menyadari mungkin bentuk itu adalah seekor paus atau sebuah kapal
roket atau apapun, sebuah gambar yang tidak mereka maksudkan sebelumnya.
Bentuk-bentuk yang dikerjakan membuat mereka memikirkan hal-hal yang ada
dalam hidup mereka sendiri. Anak-anak itu mungkin mulai menampilkan
gambar mereka dengan gambar-gambar dasar orang, binatang, bangunan dan
20
kendaraan. Walaupun lebih sulit mencapai citra penggambaran ini, anak-anak itu
mendorongnya dan mulai membuat gambar ini dengan banyak atau sedikit
elaborasi.
Ketika anak berusia 7 tahun ke atas, mereka menghadirkan logika dan lebih
konkret dengan melakukan pengamatan terlebih dahulu. Karya anak-anak itu
sangat rapi dan mempunyai variasi warna yang cocok. Mereka sudah dapat
mengenal warna, maka hasil karyapun bersifat dan berwujud keseluruhan. Walau
masih sederhana karya anak-anak sangat menarik perhatian terutama yang
menyentuh perasaan dan keinginannya. Ini adalah klise yang konvensional dan
statis, tapi itulah yang digunakan dan terjadi pada anak berusia 8 tahun ke atas.
Penguasaan guru tentang wawasan tugas perkembangan senirupa juga sangat
membantu dalam membuat perencanaan program kegiatan belajar bagi anak agar
tiap anak dapat menjalani hidup dalam masa kanak-kanaknya dan menyiapkan
diri untuk menjadi orang dewasa yang berguna bagi pribadi dan anggota
msyarakat (Maoslic Hatoen. R; 1999: 6). Berbagai hal yang dapat dilaksanakan
oleh guru untuk mengembangkan anak agar dapat berkembang menjadi pribadi
yang mandiri, guru dapat melakukan hal-hal berikut :
a. Membantu masing-masing anak dapat merasa aman dan bahagia dalam
lingkungan baru di sekolah.
b. Membimbing dan mendorong anak untuk mengembangkan bakat dan aspekaspek
kepribadiannya yang mengacu pada bermacam-macam peran seseorang
dalam masyarakat.
c. Membantu mengembangkan motorik halus dan kasar melalui perencanaan
pembimbingan dan penyediaan sarana penunjang yang memadai.
21
d. Membantu mengembangkan kemampuan dalam kaidah pemahaman
lingkungan fisik dan mengendalikannya dengan cara membangkitkan rasa
ingin tahu, berpikir, menalar, mengumpulkan dan menggunakan informasi
tentang lingkungan fisik yang diperoleh.
e. Tiap kesempatan perlu dimanfaatkan oleh guru untuk membantu perkembangan
penggunaan bahasa dan pemahaman bicara anak atau orang lain.
f. Membantu anak untuk merasakan pengalaman yang diperoleh dari
lingkungan yang baik bagi diri mereka. Pengalaman pertama mengenal dunia
luar adalah pengalaman yang positif dan membahagiakan. Lingkungan yang
dirasakan bagi dirinya menyenangkan dan bermakna akan menambah
dorongan anak agar belajar lebih giat.
Melalui perencanaan pengembangan bagi guru akan mampu menggerakkan
anak agar menumbuhkan berpikir, menalar, mampu menarik kesimpulan, dan
membuat generalisasi. Dengan mengembangkan kreatifitas anak, dapat
menggerakkan anak untuk memotivasi rasa ingin tahu dan mengembangkan
imajinasi serta dapat meningkatkan perkembangan kemampuan berbicara,
mendengar, menggerakkan anak untuk mengekspresikan perasaan yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan secara verbal dan tepat.
C. Peranan Seni Rupa
􀂾 Peranan Bagi Anak Usia Dini
Bermain bagi anak merupakan kegembiraan dan kesibukan yang
penting. Dalam bertanya seni rupa dapat menimbulkan kegembiraan.
Kegembiraan anak nampak dan terlihat disebabkan oleh keaktifan atau
22
kesempatan bergerak, bereksperimen, berlomba dan berkomunikasi. Dapat
pula dilihat betapa senangnya anak-anak berkarya melalui seni rupa, mereka
akan bergerak-gerak dengan sadar atau tidak, mencoba-coba sesuatu yang
diinginkan. Dalam kelompok mereka selalu berlomba untuk menyelesaikan
karyanya sesuai dengan gagasannya. Apabila anak berhasil berkarya, dengan
spontan ia akan berteriak dan bergerak, menandakan kegembiraannya. Anak
berkarya sesuai dengan daya fantasinya dan apa yang dicapainya perlu
mendapat pemahaman/pengertian orang lain.
Waktu berkarya seni rupa selain mendapat kegembiraan, anak-anak akan
mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan batin. Hal tersebut dapat diperhatikan
dari tingkah laku dan dorongan-dorongan anak, usaha untuk
membebaskan diri, keinginan untuk bertanggung jawab dan sebagai imbalan
(kompensasi) dari jerih payahnya. Kegiatan seni rupa memberi kesempatan
pada anak untuk dapat, melatih mengutarakan keinginannya sesuai isi
hatinya. Anak akan memiliki harga diri apabila karyanya diperhatikan atau
dihargai, dan ia akan optimis terhadap cita-citanya serta aktif berkarya.
Kemudian akan tertanam kepercayaan dan keyakinan terhadap kemampuan
diri serta akan bertanggung jawab atas perbuatannya. Hal tersebut dapat
terlihat apabila berkarya secara kelompok. Dirinya menjadi bagian dari
lingkungan yang aktif bertanggung jawab atas hasil karya bersama.
Berkarya seni rupa dapat membantu anak untuk menghilangkan tekanan
jiwa sebagai akibat kegagalan dan ketidakpuasan yang dihadapi sehari-hari.
Anak-anak yang merasa dirinya tidak berdaya, pesimis dan takut dapat
dibantu pemulihannya melalui kegiatan berkarya seni rupa. Lambat laun
23
mereka akan berubah sifatnya dan akhirnya akan menjadi periang, berani
dan aktif kembali.
Dalam bermain anak mendapatkan kegembiraan dan pengalamanpengalaman
seperti keberanian, keriangan, perkembangan kepekaan
(sensitif), perkembangan fantasi, berkembang hasrat pembawaannya,
perkembagnan kreativitasnya, dan masih banyak keuntungan bagi
pertumbuhan jasmani maupun perkembangan rohani yang sesuai dengan
naluri hidupnya.
Bermain sangat berguna bagi perkembangan anak untuk persiapan dalam
kehidupan masa dewasa. Permainan dimaksudkan antara lain :
Permainan “membentuk”; melatih anak untuk berkarya.
Permainan “fungsi”; melatih berbagai macam aktivitas fisik.
Permainan “peranan”; berguna untuk menyiapkan anak mampu
melakukan peranan dalam kehidupan di kemudian hari.
Permainan “menerima”; berguna untuk memupuk kemampuan
menerima kebudayaan.
􀂾 Peranan Guru
Peranan guru di kelas adalah menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapinya dan memahami karakteristik siswa sebagai anak didik di
kelasnya. Dalam melaksanakan kegiatan kelas guru harus menjadi pengelola,
perencana, penyuluh dan perancang program yang baik dan tuntas. Guru
yang simpatik, imajinatif, kreatif dan luas pengetahuannya. Adalah prasarat
mutlak bagi guru sekolah dasar.
24
Anak-anak didiknya sebagai siswa di kelas menjadi bagian yang
berpotensi dalam pengembangan seni rupa. Sifat progresif dan semangat
yang bergejolak pada anak adalah buktinya. Kita mengetahui bahwa banyak
perilaku anak umumnya dilakukan terlepas dari bimbingan, tanpa motivasi
atau tanpa indikasi yang jelas. Peranan guru sebenarnya untuk menyalurkan
kemampuan anak tersebut. Dalam membimbing anak, anak harus diberi
motivasi. Banyak pengalaman anak yang diperoleh dari lingkungan
kehidupannya sehari-hari dari lingkungannya rumah, sekolah, waktu
bermian atau di masyarakat. Bagi anak setiap pengalaman baru merupakan
pengembangan wawasannya. Pengalaman baru biasanya mendorong/menarik
perhatian mereka, dan dengan pengalaman baru tadi anak menambah
pengalaman lamanya. Peristiwa ini menjadi kegiatan belajar. Bila anak
kurang perhatian terhadap pengalaman baru tersebut. Sebagian besar jenis
pengalaman yang menarik bagi anak adalah yang mendorong kemampuan
intelektualnya, menstimulasi perasaannya, dan cocok bagi pokok ungkapan
artistiknya. Jadi sumber motivasi sebenarnya terdapat pada diri anak itu
sendiri. Pengalaman-pengalaman dirinya yang mendorong anak berkarya.
Guru harus memiliki kemampuan berpikir dan merasa memiliki kemampuan
menggunakan indera, fantasi, imajinasi dan mimpinya. Seluruh penampilan
anak menyajikan sumber-sumber untuk motivasi. Guru harus menyelami
pengalaman indera anak dan menyelidiki sampai pada tingkat yang disebut
sebagai “inner landscape” yaitu dunia mimpi, ketakutan, keinginankeinginan
dan angan-angan, serta hayalan. Suatu peranan yang nyata
25
pengajaran seni rupa menyajikan objek-objek dari pengalaman internal dan
eksternal bagi anak.
Kita bedakan motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi
ekstrinsik disebabkan oleh peranan dari luar seperti adanya kontes, kenaikan
tingkat ujian. Motivasi intrinsic disadari oleh peranan dari luar seperti
adanya kontes, kenaikan tingkat ujian. Motivasi intrinsic disadari oleh anak
akan makna bagi dirinya. Contohnya ingin menggambar dengan baik. Bagi
guru yang penting memberikan motivasi intrinsic walaupun tingkat
pencapaiannya agak panjang, tetapi lebih berharga bagi perkembangan anak.
Peranan guru adalah bagaimana menyajikan, alat paling efektif dalam usaha
supaya anak mengungkapkan pengalamannya.
Guru tidak membiarkan siswa bekerja seenaknya, bebas karena hasilnya
akan mengecewakan. Guru bertugas membantu siswa untuk mengingatkan
kembali pengalamannya. Guru harus memahami lapangan perhatian siswa
tempat ia bekerja. Contohnya siswa yang belum dewasa lebih tertarik pada
manipulasi bahan daripada ungkapan representasi. Oleh karena itu beberapa
hal perlu diingat oleh guru.
Guru harus sensitive dalam setiap situasi dan dapat memilih pokok
bahasan, bahan dan teknik yang akan dipergunakan siswa. Guru harus dapat
memilih dan menunjukkan bahan-bahan yang menarik dan mengaitkan
pokok bahasan dalam diskusi yang hidup.
Motivasi akan lebih efektif bila dibangun dari minat yang ada pada anak.
Tetapi guru tidak pula melupakan kemungkinan menciptakan situasi yang
akan memotivasi anak. Anak-anak yang umumnya masih belum dewasa
26
menjadikan bahan sebagai pendorong motivasi untuk kegiatan kreatif,
sebelum anak memerlukan bantuan dalam menentukan tema.
Seorang anak bila diberi sebongkah tanah liat atau selembar kertas,
tanpa diberi perintah atau sebelum guru memberi tema biasanya sudah
berangan-angan. Dalam menentukan tema kegiatan guru harus mengamati
anak secara seksama selama di sekolah, waktu bermain, di rumah dan di
lingkungan masyarakat secara umum. Bila guru telah menemukan tema yang
tampaknya merupakan masalah dan sangat menarik, dan menjadi kebutuhan
dan pernah menjadi pengalaman untuk dapat mengekspresikan pada situasi
tersebut, misalnya setelah anak berdarmawisata, pilihlah tema berdarmawiasta.
Beberapa dari motivasi ini memerlukan persiapan yang ekstensif, baik di
dalam sekolah maupun di luar sekolah, seperti kunjungan-kunjungan ke
suatu tempat. Guru mempersiapkan kunjungan, mendiskusikan persiapan di
tempat dan sekembalinya dari kunjungan sebelum anak kemudian
mengungkapkan gagasan hasil kunjungannya tersebut. Hasil dari
pelaksanaan ini akan jelas terlihat walaupun nilai pengalamannya sedikit,
sangat berarti bila diwujudkan dalam bentuk yang menyatu. Kejelasan yang
diungkapkan anak mengenai peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya
dengan melukiskan gerak-gerak memberi peluang bagi mereka untuk
menghadapi tantangan-tantangan lingkungannya dan mendapatkan faedah.
Dengan alasan-alasan di atas mungkin pelajaran seni rupa dapat menjadi
bagian sesuatu yang berharga yang dapat dijadikan pertimbangan bagian dari
pendidikan umumnya.
27
Dalam mengarahkan sasaran belajar siswa dan guru adakalanya
mempunyai tujuan yang berbeda. Mereka dengan sadar atau tidak berusaha
mencapainya. Guru disarankan sebaiknya memilih sasaran-sasaran yang
mampu dilaksanakan oleh siswa, sehingga siswa dapat mengungkapkan
keinginann-keinginannya, dan kemudian melaksanakannya sesuai kemampuan
yang bermanfaat bagi dirinya. Menetapkan sasaran memang merupakan
tugas yang sangat kompleks karena merupakan penyajian suatu wujud
hakikat dari seni rupa yang berkaitan dengan keinginan segala aspek, yaitu
kemampuan siswa, sarana dan prasarana, serta waktu yang tersedia. Sasaran
ini adalah kunci dari pengambilan keputusan dalam pengajaran seni rupa.
Kategori sasaran dapat luas maupun terbatas, karena sasaran ini dapat
menampung segala rancangan yang terdiri atas deretan unit pengajaran yang
komponennya merupakan urutan dari keseluruhan. Oleh karena itu guru
harus memberi batas atau membedakan mana sasaran luas atau sub sasaran,
karena menetapkan sasaran yang tidak jelas sangat sulit mencapainya/
memenuhinya. Lebih spesifik sasaran ditetapkan lebih efektif dan kita
menetapkan evaluasi.
􀂾 Peranan Sekolah
Sekolah berperan sebagai tempat membina dan melatih diri melalui
pengajaran dan pendidikan untuk mengatasi segala masalah di masyarakat
kelak setelah anak menyelesaikan sekolah. Di sekolah anak-anak dihadapkan
pada tuntutan untuk tetap bersikap teratur berdisiplin (diam/tenang),
memperhatikan petunjuk-petunjuk guru, menguasai seluruh perangkat
28
keterampilan, dan mengikuti jadwal yang telah ditetapkan. Semua ini
ditujukan untuk melatih anak.
Usia mulai sekolah (usia 6- 7 tahun) adalah masa anak-anak mulai
berkenalan dengan berbagai masalah, menggunakan system, seperti angkaangka
dan suara. Juga masa keterampilan persepsual dan sensorimotor
terkoordinasi dan memasuki cara berpikir dewasa. Pada kelas-kelas
permulaan sekolah, anak-anak umumnya menyelesaikan jumlah keterampilan
belajar dengan pesat sekali dan sangat mengesankan. Pencapaian pada
kelas empat setelah dapat membaca, menulis dan berhitung telah memadai
untuk digunakan bagi dirinya maupun dalam kehidupan sosial.
Yang sering ditemui dan menjadi beban sekolah terjadi dalam hal
kegagalan belajar dan keisolasian dari masyarakat. Sebenarnya peranan
sekolah begitu penting pada masa sekolah ini. Tetapi nyatanya beberapa
anak tidak dapat mencapai kedewasaan sesuai dengan diharapkan. Ada yang
lambat belajar, ada pula yang menghadapi masalah persepsual dan motorik.
Latar belakang atau penyebabnya berbagai macam. Ada yang mendapat
gangguan pada masa sekitar dilahirkan, atau karena anak belum disiapkan
memasuki dunia sekolah sehingga belum mengerti arti sekolah atau untuk
betah di kelas. Akibat yang tidak menyenangkan dari pengalaman di sekolah,
mereka akan menderita dan akan terganggu perasaan atau harga dirinya.
Hidupnya akan terasing dari lingkungan temannya karena malas, tidak ada
usaha untuk mengubah kegagalan. Sebaliknya karena gangguan tersebut ada
juga yang akhirnya menjadi hiper-kinetik atau hiper-aktif.
29
Bagi pendidikan seni rupa, peranan sekolah adalah memberikan fasilitas
berbentuk prasarana, sarana, alat, bahan dan bimbingan untuk tempat
berlatih, berkarya dan mengukur kemampuan. Siswa dilatih menghadapi
tantangan dalam mengolah bahan, menyesuaikan pendapat dan pemahaman
mengenai berkarya dan karya seni melalui diskusi dengan guru dan
temannya, termasuk mengukur kemampuan dan bakatnya melalui ujian.
D. Upaya-Upaya untuk Meningkatkan Pembelajaran Seni Rupa Pada Anak
Usia Dini
1. Dengan memperkenalkan tentang seni rupa pada anak sejak dini.
2. Memberikan pengarahan dan motivasi kepada anak bahwa seni rupa itu
menyenangkan.
3. Memberi tahu kepada anak bahwa melalui kegiatan seni rupa mereka dapat
menyalurkan ekspresi serta pengalamannya.
30
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Variasi seni rupa dalam pembelajaran anak usia dini misalnya : menggambar,
melukis, tanah liat, mencetak, menjiplak, kolase dan finger painting.
Hal ini memberikan perhatian praktis pada setiap segi tanggungjawab
seorang guru, seperti bagaimana mengenalkan setiap materi pelajaran,
bagaimana persiapan terbaik dan ruang kelas bisa disusun sedemikian rupa
dapat mensuport daya eksplorasi anak. Guru juga dapat memberikan
pertanyaan guna merangsang ekspresi personal dan penuh arti. Peranan
orang tua sangatlah penting untuk membantu anak-anak berkreasi seni di
rumah.
2. Perkembangan seni pada anak usia dini, dimulai dari hal yang sederhana,
misalnya gerakan-gerakan lebar yang menyapu sampai desain yang
sederhana, baru kemudian mereka beralih dari satu aktivitas otot motor dasar
ke rancangan dan ke penggambaran, disini peran guru dibutuhkan, sebagai
guru diharapkan tidak menetapkan standar apapun mengenai karya figuratif
dan non figuratif. Hal ini dimaksudkan supaya anak tidak terlalu tertekan
yang dapat menghambat perkembangan aktual mereka.
3. Tujuan pendidikan seni rupa di sekolah yaitu melanjutkan dan
mengembangkan kesanggupan berkarya maupun pengetahuan seni rupa yang
telah dimiliki anak sebelum memasuki sekolah, sehingga hal ini perlu
31
diperhatikan oleh guru dengan memberikan kesempatan yang leluasa kepada
anak dalam mencipta karya seni rupa sebagai pernyataan ekspresinya.
B. Saran
Saran yang disampaikan yang dapat meningkatkan pembelajaran seni rupa
pada anak usia dini adalah :
􀂾 Sebagai orang tua dan guru selalu memberi bimbingan pada setiap
perkembangan anak dengan memberi teladan yang baik pada anak sehingga
anak tumbuh menjadi pribadi yang baik pula.
􀂾 Sebagai guru dan khususnya orang tua, kenalilah anak kita, agar kita
mengetahui bakat dan minat yang mungkin masih terpendam pada diri anak
sejak dini.
􀂾 Sebagai orang tua, biarkanlah anak berkreasi menurut apa yang anak sukai
agar anak tidak tertekan dalam menghadapi hidupnya yang dapat
menghambat perkembangan aktual anak.
32
DAFTAR PUSTAKA
E. Muharam; Sundaryati, Warti, 1992. Pendidikan Kesenian II Seni Rupa. Jakarta:
Depdikbud.
Beal, Nancy; Miller, Gloria Bley. 2003. Rahasia Mengerjakan Seni Pada Anak.
Yogyakarta: Pripoenbooks.
Sodono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan (Untuk Pendidikan
Anak Usia Dini). Jakarta: Grasindo.
R, Moeslichatoen. 1999. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta :
Rineka Cipta.
Munandar, Utami; C.S. 1988. Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta: Sinar Harapan.
Sawira, 2006. Pengertian Seni Rupa. Copyright @ 2006.www.google.com.
Sudono, Anggani. 2006. Pengelolaan Taman Kanak-kanak. Media Pendidikan,
copyright @ 2006.www.google.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar