Kamis, 10 Februari 2011

AL QUR'AN sebagai sentra lukisan kaligrafi syaiful adnan

Oleh Muharyadi

Ditengah-tengah tumbuh dan berkembangnya seni lukis moderen di tanah air, pelukis Syaiful Adnan kelahiran Saningbakar, Solok, Sumatera Barat 5 Juli 1957 yang telah 20 tahun bermukim dan menetap di Yogyakarta mungkin satu diantara sedikit pelukis kaligrafi arab yang tetap eksis di dunianya, hingga mengantarkannya berada dideretan papan atas seni lukis di tanah air.

Syaiful Adnan jebolan SSRI/SMSR Negeri Padang sekarang SMK Negeri 4 (jurusan seni lukis) dan Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI) Yogyakarta ini, mulai menekuni dunia seni lukis kaligrafi Islam sejak tahun 1970-an dengan memiliki gaya baku istilah yang dipakai Syaiful Adnan seperti Thuluth, Naski, Muhaqqaq, Rayhani, Riqa’i, Taqwi atau Magribi yang masing-masingnya memiliki karakter.

Dalam bincang-bincangnya dengan Haluan baru-baru ini di Yogyakarta, bagi Syaiful Adnan melukis didasari kesadaran kulturalnya dengan menempatkan kaligrafi sebagai pilihan guna merefresentasikan memori pribadi dan juga memori kolektif bagi seniman yang menyenangi kecendrungan melukis kaligrafi sebagai pilihan kerja lukis-melukis.

Ditangan pelukis urang awak ini proses kreatif dan beragam dinamika aspek estetis cendrung meluncur dengan tenang. Lihat lukisan-lukisan kaligrafi Islam yang pernah lahir melalui proses pergulatan kreatifnya terlihat memiliki gaya tersendiri, yang tidak pernah dibuat pelukis lain di tanah air. Dasarnya tentulah dilatarbelakangi pemahaman yang kuat terhadap aspek-aspek elementer seperti garis, bidang, warna, tekstur, komposisi dengan mengolah ayat-ayat suci Al-Qur’an menjadi tampilan baru dalam bidang seni lukis.

Sejumlah lukisan kaligrafi Syaiful Adnan yang telah puluhan kali berpameran, tunggal dan kolektif di dalam negeri maupun di luar negeri ini mengetengahkan ayat-ayat suci Al-Qur’an sebagai tema sentral. Ayat-ayat itu dapat dibaca sebagai bentuk refresentasi atas tauhidiah (keyakinan tentang keesaan Allah SWT) danzikir (sebagai konsekwensi dan tauhid).

Keesaan Allah SWT dapat dipahami melalui rangkaian ayat-ayat Al-Qur’an yang memuat tentang segala kemahabesaran, kemahaagungan, kemahaindahan dan lainya. Dari sini lantas karya-karya Syaiful Adnan dijadikan media komunikasi bagi kesadaran penikmatnya dan diri Syaiful Adnan sendiri. Selain itu lukisan Syaiful juga merupakan ekspresi zikir visual, membaca dan mewujudkan terus menerus tentang ayat-ayat Allah.

Dalam penuturan Syaiful Adnan selain persoalan elementer hal yang tak pernah diabaikannya adalah menyangkut idiom-idiom baru dalam ideo plastik yang meliputi masalah secara langsung maupun tidak berhubungan dengan isi atau cita perbahasaan bentuk.

Dalam banyak komentar dan tulisan yang dikemukakan para pengamat maupun kurator, senirupawan maupun sastrawan yang kerap mengintip perjalanan pelukis urang awak ini di peta seni rupa tanah air ini menyebutkan, Syaiful Adnan merupakan satu diantara sedikit penggerak seni Islam generasi kedua setelah dedengkot pendahulunya seperti Admad Sadali, AD Pirous, Amang Rahman dan Amri Yahya.

Hal yang menarik lainnya, ditengah-tengah gemerlapnya kehidupan finansial pelukis terutama di Yogyakarta, Jakarta dan beberapa kota besar lainnya, Syaiful Adnan tetap sederhana dalam banyak hal, peformance penampilan, finansial dan lainnya.

Seperti diakui Syaiful Adnan saya tidak terbuai pada persoalan manisnya nilai-nilai budaya sekuler. Kemampuan berolah seni melalui seni lukis kaligrafi Islam membuat saya makin dekat dengan-Nya. Syaiful memang menjadi catatan sejarah dan membuat sejarah dalam percaturan seni lukis di tanah air. ***

Sumber: www.senirupa.net

1 komentar: