Kamis, 10 Februari 2011

Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA. Pendidikan Seni Penting
Oleh PPPGKes.Com
Selasa, 29 Nopember 2005 13:57:03 Klik: 3410 Cetak: 56 Kirim-kirim Print version download versi msword
Ditengah merosotnya kebanggaan akan seni dan budaya adiluhung bangsa sendiri, muncul angin segar yang dihembuskan oleh Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA selaku Menteri Pendidikan Nasional mengenai pengembangan pendidikan seni. Dengan tegas disampaikan, pendidikan seni penting dan harus sejajar pengembangannya dengan pendidikan lainnya di sekolah-sekolah mulai dari taman kanak-kanak hingga pendidikan tinggi. Ada 2 (dua) alasan pokok kenapa beliau sangat "consent" dan menaruh perhatian yang besar pada pendidikan seni, yaitu alasan filosofis dan alasan pragmatis. Sebagai Menteri Pendidikan Nasional yang baru melaksanakan tugas kurang dari 1 (satu) tahun ini, beliau telah mampu memberikan dorongan dan semangat pada jajaran pendidikan menengah kejuruan, utamanya pada kelompok seni dan budaya. Betapa tidak, ditengah kegalauan akan gencarnya arus budaya asing yang masuk dan mempengaruhi pola perilaku sebagian masyarakat kita, beliau dengan tegas menyatakan bahwa pendidikan seni dan budaya harus sejajar dengan pendidikan teknologi.



Sebetulnya, perhatian beliau pada pengembangan pendidikan seni merupakan salah satu kristalisasi dari latar belakang beliau yang berasal dari daerah Temanggung, Jawa Tengah (lahir, 8 Oktober 1952) dimana seni dan budaya masyarakat sangat terpelihara dengan baik. Kemudian semakin mengental minat dan perhatian beliau kalamana mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu dan belajar di Yogyakarta (tahun 1972, diterima masuk Jurusan Akuntasi Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada) yang terkenal sebagai kota pelajar dan kota budaya. Berawal dari sinilah, kemudian pada saat beliau diberikan amanah untuk mengembangkan dan mengurusi masalah pendidikan di Indonesia yang pada saat ini sedang terpuruk dan jauh tertinggal dengan negara-negara lain, beliau inginkan agar pendidikan seni dan budaya, bisa sejajar dengan pendidikan-pendidikan yang lain.



Menurut beliau, secara filosofis pendidikan kepeduliannya pada pengembangkan manusia seutuhnya bukan sekedar ingin mengembangkan sumber daya manusia, karena berbeda antara manusia dan sumber daya manusia dimana manusia yang paling essesial adalah subyek atau kediriannya sedangkan sumber daya manusia yang paling essensial adalah peran manusia sebagai obyek (dalam teori ekonomi sumber daya adalah factor produksi, utk mencapai tujuan produksi). Sehingga pendidikan yang utuh adalah pendidikan manusia, yang berguna untuk kepentingan mengaktualisasikan dirinya agar potensi kemanusianya benar-benar menjadi sesuatu yang riil bermanfaat bagi martabat dan kesejahteraan manusia. Karena manusia adalah subyek maka pendidikan kedirian/pendidikan kesubyekan "education of the soul" sangat penting agar dapat mengekpresikan dirinya melalui olah pikir (bagaimana manusia menunjukan supremasi melalui ilmu pengetahuna dan teknologi), olah rasa (bagaimana manusia menunjukan supremasi di bidang ekspresi rasa yaitu pendidikan seni), dan olah raga (karena manusia hidup dengan basic fisik). Sehingga kedudukan antara pendidikan teknologi, pendidikan seni dan pendidikan raga adalah sama dan sejajar dalam konteks pengembangan manusia Indonesia seutuhnya. Sedangkan secara pragmatis, karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang unggul dan kaya dalam ekspresi rasa indah dan karya ekspresi seni, yaitu dibuktikan dengan beranekaragamnya seni dan budaya yang ada mulai dari Sambang sampai Merauke. Dan untuk masalah seni dan budaya yang dapat menandingi dan satu level dengan Indonesia menurut beliau hanya Cina, namun kita tetap unggul dalam jumlah keragaman seni dan budaya sehingga dalam hal seni dan budaya Indonesia sebenarnya berkelas dunia "we are the word class" kata beliau. Dan kita mempunyai peluang yang besar untuk dapat bersaing serta unggul dalam dalam bidang seni dan budaya, karena untuk dapat unggul dalam bidang iptek kita butuh waktu yang sangat lama sebab ada korelasi antara tingkat kemakmuran dengan intelektualitas, tingkat kemakmuran ditentukan oleh tingginya incame perkapita. Sedangkan untuk pengembangan seni, modal pokok yang dibutuhkan adalah bakat dan Indonesia adalah gudang orang-orang berbakat seni. Harapan beliau terhadap pengembangan pendidikan seni adalah dengan keunggulan lokal seni dan budaya yang ada kita dapat menjadi "Benchmarking" untuk kualitas pengembangan pendidikan seni dan budaya di tingkat global.



Untuk merealisasikan hal tersebut diperlukan action plan yang kongrit dan masuk akal, bagaimana secara bertahap kita bisa mencapai kualitas pendidikan seni tingkat dunia. Selain itu diperlukan juga adanya networking agar terjadi sinergi antar SMK-SB dalam usaha memajukan pendidikan seni dan budaya. Dari segi kebijakan, beliau sudah mencanangkan bahwa pertunjukan dan pentas seni yang digelar oleh Departemen Pendidikan Nasional harus merupakan karya siswa, mahasiswa, guru, dosen dan widyaiswara seni. Ini sebagai ujud apresiasi dan penghargaan terhadap karya-karya seni serta untuk memberikan semangat pengembangan seni dan budaya yang diberikan oleh pemerintah.

(Sumber: Pengarahan Mendiknas dalam Lokakarya Nasional Pengembangan Pendidikan Seni di PPPG Kesenian dan beberapa sumber yang relevan).

AL QUR'AN sebagai sentra lukisan kaligrafi syaiful adnan

Oleh Muharyadi

Ditengah-tengah tumbuh dan berkembangnya seni lukis moderen di tanah air, pelukis Syaiful Adnan kelahiran Saningbakar, Solok, Sumatera Barat 5 Juli 1957 yang telah 20 tahun bermukim dan menetap di Yogyakarta mungkin satu diantara sedikit pelukis kaligrafi arab yang tetap eksis di dunianya, hingga mengantarkannya berada dideretan papan atas seni lukis di tanah air.

Syaiful Adnan jebolan SSRI/SMSR Negeri Padang sekarang SMK Negeri 4 (jurusan seni lukis) dan Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI) Yogyakarta ini, mulai menekuni dunia seni lukis kaligrafi Islam sejak tahun 1970-an dengan memiliki gaya baku istilah yang dipakai Syaiful Adnan seperti Thuluth, Naski, Muhaqqaq, Rayhani, Riqa’i, Taqwi atau Magribi yang masing-masingnya memiliki karakter.

Dalam bincang-bincangnya dengan Haluan baru-baru ini di Yogyakarta, bagi Syaiful Adnan melukis didasari kesadaran kulturalnya dengan menempatkan kaligrafi sebagai pilihan guna merefresentasikan memori pribadi dan juga memori kolektif bagi seniman yang menyenangi kecendrungan melukis kaligrafi sebagai pilihan kerja lukis-melukis.

Ditangan pelukis urang awak ini proses kreatif dan beragam dinamika aspek estetis cendrung meluncur dengan tenang. Lihat lukisan-lukisan kaligrafi Islam yang pernah lahir melalui proses pergulatan kreatifnya terlihat memiliki gaya tersendiri, yang tidak pernah dibuat pelukis lain di tanah air. Dasarnya tentulah dilatarbelakangi pemahaman yang kuat terhadap aspek-aspek elementer seperti garis, bidang, warna, tekstur, komposisi dengan mengolah ayat-ayat suci Al-Qur’an menjadi tampilan baru dalam bidang seni lukis.

Sejumlah lukisan kaligrafi Syaiful Adnan yang telah puluhan kali berpameran, tunggal dan kolektif di dalam negeri maupun di luar negeri ini mengetengahkan ayat-ayat suci Al-Qur’an sebagai tema sentral. Ayat-ayat itu dapat dibaca sebagai bentuk refresentasi atas tauhidiah (keyakinan tentang keesaan Allah SWT) danzikir (sebagai konsekwensi dan tauhid).

Keesaan Allah SWT dapat dipahami melalui rangkaian ayat-ayat Al-Qur’an yang memuat tentang segala kemahabesaran, kemahaagungan, kemahaindahan dan lainya. Dari sini lantas karya-karya Syaiful Adnan dijadikan media komunikasi bagi kesadaran penikmatnya dan diri Syaiful Adnan sendiri. Selain itu lukisan Syaiful juga merupakan ekspresi zikir visual, membaca dan mewujudkan terus menerus tentang ayat-ayat Allah.

Dalam penuturan Syaiful Adnan selain persoalan elementer hal yang tak pernah diabaikannya adalah menyangkut idiom-idiom baru dalam ideo plastik yang meliputi masalah secara langsung maupun tidak berhubungan dengan isi atau cita perbahasaan bentuk.

Dalam banyak komentar dan tulisan yang dikemukakan para pengamat maupun kurator, senirupawan maupun sastrawan yang kerap mengintip perjalanan pelukis urang awak ini di peta seni rupa tanah air ini menyebutkan, Syaiful Adnan merupakan satu diantara sedikit penggerak seni Islam generasi kedua setelah dedengkot pendahulunya seperti Admad Sadali, AD Pirous, Amang Rahman dan Amri Yahya.

Hal yang menarik lainnya, ditengah-tengah gemerlapnya kehidupan finansial pelukis terutama di Yogyakarta, Jakarta dan beberapa kota besar lainnya, Syaiful Adnan tetap sederhana dalam banyak hal, peformance penampilan, finansial dan lainnya.

Seperti diakui Syaiful Adnan saya tidak terbuai pada persoalan manisnya nilai-nilai budaya sekuler. Kemampuan berolah seni melalui seni lukis kaligrafi Islam membuat saya makin dekat dengan-Nya. Syaiful memang menjadi catatan sejarah dan membuat sejarah dalam percaturan seni lukis di tanah air. ***

Sumber: www.senirupa.net