Senin, 22 November 2010

Sembilan Perupa Tonjolkan Realita Kehidupan


Sembilan Perupa Tonjolkan Realita Kehidupan



Sembilan perupa yang tampil pada pameran bertajuk "Isuk Budal Sore
Muleh," mulai 4-10 Juli di Galeri Balai Pemuda Surabaya lebih
menonjolkan sisi realita kehidupan dalam karya rupanya. Perupa itu
adalah, Yustina, Woro Indah, Sandy Eko, Nunung PN, Novita Sechan,
Feri Nuralis, Edi Fals, A Sifin Ghani, dan A Ngadiono.
----------------------------------------------------------------------
----------

- Ketua Panitia, Novita Sechan saat dikonfirmasi di Galeri Balai
Pemuda Surabaya, Rabu (5/7) mengatakan, secara filosofi guru seni
rupa memiliki tanggung jawab lebih berat dibandingkan seniman. Karena
selain dituntut dalam bidang akademik juga harus mempunyai kompetensi
lebih.
Dipaparkan, pameran itu digelar oleh komunitas Sarjana Guru Seni rupa
Unesa Angkatan 1999 dengan tujuan, meningkatkan kegiatan apresiasi
budaya dan silaturahmi antar seniman dan pecinta seni.
Dosen Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Winarno selaku Kuratorial
(pengamat seni) mengatakan, pameran itu mempunyai ikon kekuatan
visual yang mandiri. Maksudnya, lukisan yang disuguhkan itu tidak
lagi berdasarkan pada kaidah konvensional, tetapi lebih pada bentuk
visual tentang penyadaran realita kehidupan.
Menurutnya, tema pameran tersebut merupakan rentetan waktu siang hari
dimana pada waktu itu aktivitas manusia sedang berlangsung dan
ungkapan pemikiran visual karya perupa mempunyai satu sisi yang
mendalam, seperti pengungkapan realitas sosial, penyelesaian masalah
dan protes.
Dijelaskan, keberagaman sembilan perupa yang tampil pada pameran
diharapkan menjadi kekuatan tema pameran. Berdasarkan hasil
pengamatannya, karya Edi Fals lebih menvisualisasikan beberapa tugas
yang harus diselesaikan sebagai tenaga pengajar seni rupa, "Karyanya
merupakan bentuk instalansi dengan idiom benda-benda yang dekat
dengan kesehariannya dan lebih cenderung pada penggunaan bahasa rupa
yang memberikan renungan penikmat seni," katanya menjelaskan.
Sedangkan, karya Fery Nur Alis mencoba menampilkan pose wajahnya
sendiri dalam pembentukan beberapa karakter, ini merupakan salah satu
teknik perupa untuk menyampaikan makna. Berbeda dengan karya Ngadiono
berjudul Kepegelan bersifat keruangan dimana dia dapat menampilkan
suasana sehari-hari.
Penampilan visual yang memperlihatkan bentuk dua dimensi yang dikemas
dalam bentuk tiga dimensi juga terdapat pada karya Novita Sechan,
dimana dia mencoba memakai media lukis sebagai objek karyanya.
Perupa lainnya adalah Nunung Prasetyo dan Sandy Eko, tetap
menggunakan media konvensional dan tersirat adanya harapan, yang
ditujukan untuk pemerintah agar lebih peduli terhadap masyarakat.
"Dari beberapa karya yang ditampilkan ada beberapa koreksi yang perlu
diperhatikan, yaitu masalah finishing karya dan pendisplayan karya
rupa. Dan ke depan event semacam ini tercatat sebagai wacana seni
rupa Jatim," harapnya.(ana)

Sumber:http://www.d-infokom-jatim.go.id/news.php?id=7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar