WIDAYAT (1923 - 2002)
Diantara tema yang banyak dilukis, kegairahan Widayat pada dunia flora dan fauna mempunyai kekuatan tersendiri. Banyak pengamat menghubungkan imajinasi tema itu dengan kenangan Widayat semasa bekerja sebagai pengukur hutan di Sumatera. Namun lebih dari itu, ia sebenarnya dapat dilihat tengah memberi makna hubungan spiritualnya dengan dunia makrokosmos. Kesadaran ini juga dapat dilihat pada lukisan ”Hutan” tersebut. Dalam lukisan itu, ia menghadirkan hubungan berbagai unsur mikrokosmos, seperti manusia, binatang-binatang, dan lebatnya pohon-pohon yang dalam suasana harmonis, namun penuh menyimpan misteri ini, juga merupakan ciri spiritual ketimuran yang tetap menjadi sumber spirit pelukis-pelukis modern Indonesia.
Minat Widayat pada seni lukis mulai diperlihatkan pada waktu menjadi tentara Divisi Garuda, Seksi Penerangan, di Palembang 1947 -1949. Pada waktu itu ia banyak membuat poster dan dekorasi studio foto. Ketika Widayat harus melukis realisme pada awal studi di ASRI, lukisannya tidak menunjukkan teknik realis yang kuat, tetapi justru menampakkan sifat kegarisan yang datar (dwi matra). Hal itu ternyata merupakan kecenderungan yang akhirnya menjadi gaya personalnya sampai matang.
Dalam proses pembentukannya, Widayat banyak menyerap gaya dekoratif dari Kartono Yudhokusumo dan Jean Dubuffet yang ekspresionis dengan karakter primitif. Ia meleburkan perbendaharaannya itu dalam kreativitas yang melahirkan gaya khas. Widayat sangat dengan berbagai karakter gaya pribadi. Penjelajahannya mulai dari bentuk-bentuk yang agak realistik, penyederhanaan lewat abstraksi dan deformasi, sampai pada abstrak total. Semua itu mengandung unsur yang sifatnya dekoratif. Meskipun demikian, yang paling kuat memberi identitas karakter pribadinya adalah bentuk-bentuk dengan deformasi dan unsur-unsur hias primitif geometrik.
Hutan / The Forest (1973)
Cat minyak di atas kanvas / Oil on canvas, 100 x 70 cm, Inv. 563/SL/B
SUBHANALLAH
BalasHapus